Beli Buku Saya di sini


INDONESIA adalah bangsa besar yang sangat kaya, baik alam maupun manusianya. “Gemah ripah loh jinawi”, dalam pepatah jawanya. Tak berlebihan jika banyak yang mengatakan; negeri ini adalah satu-satunya “tanah surga” yang dijatuhkan khusus bagi bumi.

Kesejahtraan, kemakmuran, kedamaian dan ketenteraman menjadi sebuah kepastian bagi penghuni bumi yang satu ini. Seharusnya!. Tapi sudahkah hal itu terwujud. Mampukah para pengelola negeri dengan sejuta karunia itu mewujudkannya?. “Inilah Negeri Rongsokan” kumpulan esai M. Azhari Af. ini suara kalangan aktifis muda dalam mempertanyakan persoalan tersebut.

Bayangkan saja, lebih dari setengah abad “merdeka”, negeri ini masih saja berkutat pada persoalan-persoalan klasik mendasar.Pendidikan aut-autan, ekonomi tak kena sasaran, kemiskinan membeludak, kesehatan memperihatinkan, korupsi jadi tradisi, dan kesejahteraan tetap saja sebatas angan, ibarat pepatah, masih jauh panggang dari api. Jika dianalogikan dengan sebuah mobil, maka bangsa ini bak rongsokan besi-besi tuanya.
Mesinnya memang bagus, tapi berjalan dengan pintu dicopoti, tanpa roda karena dicuri, atap yang penuh lubang, dan sebagai pemiliknya kita hanya diam saja membiarkan orang asing mengendalikan setirnya. Sekarang tinggal cat-nya saja yang terus kita jaga, kita pelihara dan senantiasa kita rawat dengan sangat bersemangat.

Aneh, sebagai bangsa terbesar ke empat dunia, dengan kekayaan yang melimpah ruah, kita masih saja terbelakang, miskin, kerdil, dan jauh tertinggal dalam derap kemajuan bangsa-bangsa lain (hal 1X).

Meski berisi terdiri dari catatan-catatan, buku ini cukup lengkap. Dalam pendahuluanya penulis mengajak pembacanya untuk kritis bertanya; apakah negara khususnya pemerintah, telah berusaha sekuat tenaga untuk “melindungi segenap rakyat dan tanah tumpah darah Indonesia” dan mengawal serta memastikan agar “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakayat” (lihat T.A Tomagola dalam Republik kapling, 2006) (hal 2).

Memang tidak masuk akal, negeri kaya-raya, tapi 50 juta rakyatnya hidup sengsara (word Bank Juni, 2009). Negeri yang agraris tapi petaninya hidup Senin Kamis. Akhirnya kita juga harus bertanya, dimanakah sebenarnya letak kesalahan kita. Jangan-jangan kita memang belum “merdeka 100%” seperti kata Tan Malaka. Atau ini memang menjadi bagian dari proses “revolusi yang belum usai” seperti kata Soekarno, lebih dari 50 tahun lalu (hal 2).

Dan yang paling menyakitkan, -meminjam buya Syafi’i- “adalah kenyataan” bahwa tujuan kemerdekaan berupa kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia “tidak semakin mendekat”. Semua ini menimbulkan pertanyaan serius, apa manfaat demokrasi kita?.

Buku kumpulan esai singkat ini, agaknya merupakan bagian dari upaya penulis untuk ikut meramaikan perdebatan tentang bagaimana seharusnya negara dengan sejuta karunia ini dikelola dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan hidup rakyatnya. Untuk itu kumpulan esai ini mengupas berbagai persoalan-persoalan mendasar yang banyak mendera bangsa ini, khususnya dalam kurun 2005-2009.

Buku ini diawali dengan persoalan utama pendidikan yang terjadi dalam kurun waktu tersebut; utamanya disebabkan oleh lambannya pemerintah dalam menetapkan anggaran 20% bagi sektor pendidikan sebagaimana yang diamantkan oleh Undang-Undang. Persoalan lain yang juga tak kalah ramainya yakni tentang rencana pemerintah untuk menetapkan rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan. Belakangan UU tersebut ditolak oleh Mahkamah Konstitusi karena dinilai inkonstitusional.

Selanjutnya buku ini juga membahas persoalan ekonomi (dalam rentang 2005-2009), ancaman krisis global yang masih menghantui bangsa ini kerap mendapatkan respon yang masih saja kurang cakap. Hal ini bisa dilihat dari berbagai kebijakan dadakan dan tak jarang menimbulkan kekisruhan dikemudian hari. Kasus bail out terhadap Bank Century merupakan cermin nyata dampak dari kegopoh-gopohan tersebut. Dari sini pemerintah nampak seakan tidak banyak belajar dari pengalaman-pengalaman krisis masa lalu.

Di bagian terakhir, buku ini mengupas dua sendi kehidupan bangsa (ekonomi dan pendidikan), tersebut tak ayal membuat suhu politik ditanah senantiasa panas dingin. Kedaan tersebut –menurut penulisnya- semakin keruh oleh korupsi yang kian menjadi.
Secara keseluruhan buku kumpulan esai ini, berisi kritik dan terkadang terlampau “sadis, judes, keras mungkin juga kasar” untuk ukuran tertentu. Namun demikian tulisan-tulisan dalam buku kecil ini juga memberikan solusi-solusi konstruktif-konseptual bagi berbagai persoalan yang penulis wacanakan.

Hal yang disyangkan dari buku ini, adalah sumber serta data-datanya yang kurang update. Selain itu minimnya referensi (karena berupa kumpulan opini penulisnya) juga cukup memperihatinkan dari buku ini. Namun yang pasti, buku ini akan membuka mata kita bahwa selama periode kepemimpinan SBY-JK (2005-2009) berbagai persolan akut masih menyelimuti bangsa ini. Terlepas dari itu semua, buku ini layak dan wajib dibaca oleh kalangan pergerakan serta seluruh kaum muda yang masih peduli akan nasib dan martabat bangsanya.

Ini adalah posting narsis. Jadi harap dimaklumi. Posting saya kali ini tentang sinopsis singkat atau lebih tepatnya resensi dari buku saya yang saya copy dari dari sebuah majalah kampus. Bagi Anda yang tidak berminat membaca posting ini saya bisa memakluminya. Namun bagi yang tetap ingin melihatnya dipersilahkan dan saya menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya.

Pemesanan dan Pemabayaran
Untuk pemesananan silahkan Hubungi saya via email: (azhariedo.com)
Selanjutnya pembayaran bisa dilakukan melalui Transfer ke Rek BNI Cab UGM No 00 793 409 45 a/n M. Azhari.

Konfirmasi Pemabayaran
Setelah uang selesai ditransfer, harap segera melakukan konfirmasi dengan cara KIRIM Pesan via email,dengan subjec NAMA ANDA dan Jumlah eksamplar dan jumlah dana yang ditansfer.

25 Komentar

  1. "gema ripa loh jinawi" negeri yang subur makmur sekarang menjadi negeri yang "gempah ripa loh jinawi" penuh dengan puin-puing rongsokan akibat gempa oleh ulah sendiri ....

    BalasHapus
  2. Buku yang bagus ya...

    Oya, sekalian mau laporan blog ente sudah muncul di page blog sahabat di blog 'turunan'nya pecas ndahe... :D

    BalasHapus
  3. terimakasih atas komentar dan pandangan kisanak semua...

    BalasHapus
  4. @asepsaiba;terimakasih pak, blog sampean akan segera saya pasang pada blogroll saya

    BalasHapus
  5. ini buku karya mas ndiri ya? hebat ih jadi penulis buku...bukunya menarik, liat dari sinopsisnya :)

    BalasHapus
  6. wakh keren nih bukunya, mau dong kalo haratis :D

    BalasHapus
  7. Nice share
    btw domainnya beli dimana bro?

    BalasHapus
  8. sudah separah itukah negeri yang kita cintai ini...

    BalasHapus
  9. Selamat sore, Sahabat ...
    Apa kabar? Semoga tetap berada dalam lindungan Yang Maha Kuasa ... Amin

    Denuzz mau kasih kabar nih, Burung Hantu udah pindah sarang ...
    Datang berkunjung ya, Sahabat ...

    Semoga persahabatan kita tiada lekang oleh waktu dan tiada terbatas oleh ruang

    BalasHapus
  10. Sumpah! jadi pengen baca nih ...
    salut dengan kakak ... Semoga Denuzz suatu saat bisa terbitin buku yang idenya tertuang dalam blog juga ... amin

    Salam BURUNG HANTU

    BalasHapus
  11. Aminnnn, saya yakin sampean pasti bisa!!

    BalasHapus
  12. dari judulnya aja, udah penasaran pengen baca. ntar ke Toko buku nih buat beli.. hehe

    trimakasih bang dah ngunjungin blog saya sbelumnya :)

    BalasHapus
  13. salut, bro. pengen banget bs nerbitin buku sendiri. tp apa daya, semangat nulisny naik turun

    salam kenal,

    BalasHapus
  14. Selamat atas terbitnya buku hasil karyanya.

    Sukses selalu

    Salam ~~~ "Ejawantah's Blog"

    BalasHapus
  15. 8 PESONA ARIEL YANG MEMBUAT WANITA TERGILA-GILA :
    http://bagalak.blogspot.com/2010/11/8-pesona-ariel-yang-membuat-wanita.html

    TANDA 100 HARI SEBELUM KEMATIAN :
    http://bagalak.blogspot.com/2010/11/tanda-100-hari-sebelum-meninggal.html

    BalasHapus
  16. benar kata pepatah : "Tikus mati di lumbung"
    mulailah jujur dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa bahkan dunia.

    BalasHapus
  17. halo bang ngangan. lamo ndk saling kunjung, hehe.
    wag, selamat ya bukunya bung! sukses terus dan tetap menulis untuk perubahan!
    siiip!

    BalasHapus
  18. Men dek ngantul, ku neklah bang buku ne tuk di bace-bace... logo blogger babel la ku pajang di blog ku, sekalian kode e sape tau ade yang laen nek e tinggal di kupi paste bai bang

    BalasHapus
  19. Aok, terimakasih Aok, masalah buku e Gampanglah kelak men lah ketemu...

    BalasHapus
  20. tulisan 2 yang luar biasa selalu melahirkan "wah" "luar biasa" "ternyata begini ya..." "aku tercerahkan" dan semua kata2 ini telah ku temukan dibuku inilah negeri rongsokan....rugi baget klo g beli....

    BalasHapus
  21. Ini adalah posting narsis. Kok menyebut 'Narsis'? Kalau saya menyebutnya Advertorial. He He

    Membaca sinopsisnya sepertinya menarik, Mas bukunya. Oh, ya bukunya apa tidak dijual bebas di toko buku?

    OOT, maaf semalam saya tak ikut Kopdarnya jadi tidak bisa sharing foto apa-apa. :)

    BalasHapus
  22. Ayo direvisi bukunya bos... Perbaiki dgn ketat display n sgl tetek bengek bukunya. Biar enak ni aku baca.

    BalasHapus
  23. apa ada FR alias free review nih bang? :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama