novel anne of green gablesSaya menyukai berbagai cerita tentang kehipuan. Sekalipun cerita itu tidak nyata. Nah, salah satu cerita kehidupan yang cukup menyentuh dan berkesan buat saya adalah cerita tentang kehidupan Anne, seorang tokoh fiksi dalam novel best seller terbaik sepanjang masa karya Lucy Maud Montgomery, dengan judul "Anne of Green Gables" . Novel ini merupakan novel tua yang sangat fenomenal.




Inilah sepenggal cerita kehidupan yang bisa Anda temui dalam novel best seller terbaik yang kini telah berusia lebih dari 100 tahun.



Novel berjudul Anne of Green Gables karya Lucy Maud Montgomery ini bercerita tentang gadis yatim piatu berusia 11 tahun yang bernama Anne Shirley. Anne adalah anak perempuan dengan kepribadian dan penampilan aneh yang diadopsi Matthew dan Marilla Cuthbert karena sebuah kesalahan prosedur. Dua bersaudara Cuthbert ini sebetulnya tidak menginginkan anak perempuan, mereka menginginkan seorang anak laki-laki yang bisa membantu mereka dalam mengurus Green Gables.

Pada awalnya kehadiran Anne tidak disukai banyak orang. Apalagi ada desas-desus tentang asal- usulnya yang tidak jelas. Namun, sikapnya yang ceria, tutur katanya yang blak-blakan, perilakunya yang polos dan kadang konyol, pelan-pelan meluluhkan hati Marilla dan Matthew.

Anne akhirnya tinggal bersama pasangan ini di rumah dengan pesona memukau yang disebut Green Gables di Avonlea. Desa Avonlea sendiri adalah desa terindah yang menjadi surga bagi Anne. Desa yang kemudian membawanya pada petualangan dan pengalaman seru bersama Diana, Jane, Ruby - para sahabatnya - atau berseteru dengan Pye bersaudara dan Gilbert - musuh bebuyutannya. Desa Avonlea sendiri berada di Pulau Prince Edward dan di lokasi inilah cerita novel ini mengalir.

Sikap Anne yang periang serta sifat impulsifnya yang didorong keinginan tulus untuk menyenangkan orang-orang tersayang membuat gadis cilik berambut merah ini dengan cepat diterima oleh masyarakat setempat. Ia berhasil membuat Matthew yang benci keriuhan jadi rajin ke kota yang ramai untuk membelikannya berbagai baju bagus, mengubah  Marilla  yang sarkastis menjadi sentimentil.

Anne memang gadis penuh imajinasi, tiada hari yang dilewatinya tanpa pengalaman seru. Menjelajahi tempat-tempat yang ia beri nama-nama unik: Kanopi Kekasih, Danau Air Riak Berkilau, Permadani Violet, Hutan Berhantu, dan Ratu Salju. Selain imajinatif Anne juga seorang gadis yang selalu punya banyak cerita. Ia bercerita tentang rambutnya yang merah. Tentang 'keluarganya' terdahulu. Tentang kebun dan bunga di sekitar rumahnya.

Di sekolah-nya Anne menemukan sahabat-sahabat baru. Pertemanan karibnya dengan Diana sempat diwarnai insiden 'anggur merah'. Sebuah insiden yang sempat membuat orang tua Diana melarangnya bermain dengan Anne. Tapi lagi-lagi 'ketulusan dan keceriaan Anne' sukses meluluhh hati orang tua Diana. Hingga mereka pun kembali bersahabat.

Selain sahabat Anne juga memiliki musuh. Musuh terberatnya adalah Gilbert, yang ia musuhi karena menyebut rambut merahnya dengan sebutan rambut wortel. Hampir setiap hari ia sering berseteru dengan Pye bersaudara dan terutama Gilbert musuh bebuyutannya.

Di Green gables hari-hari Anne dipenuhi oleh kisah tentang perjuangan, perseteruan, persaingan, petualangan, imajinasi riang dan keceriaan bersama sahabat-sahabatnya.

Sampai akhirnya, keceriaan dan keseruan hidupnya berubah menjadi duka karena salah seorang yang paling ia sayangi, Matthew menghembuskan nafas terakhirnya karena serangan jantung. Kepergian Metthew benar-benar membuat ia dan Marilla hidup berdua dengan rasa rindu dan kesepian. Namun Anne tetap berjuang, mencoba untuk terus tersenyum dan membangkitkan semangatnya sendiri juga Marilla untuk menjalani kehidupan baru di depan mereka.

Bagian paling mengharukan dalam novel ini adalah ketika Anne melepaskan cita-citanya berkuliah meski beasiswa sudah ditangannya. Ia lebih memilih menjadi guru agar bisa menemani Marilla di rumahnya yang kesepian.

Secara keseluruhan novel ini merekam lima setengah tahun perjalanan hidup Anne dan mengupas berbagai faset  kepribadiannya: Anne sebagai anak sombong akibat kompensasi dari  masa kecil yang pedih, Anne sebagai trouble-maker karena tubuhnya bergerak lebih cepat daripada  pikirannya, si anak cerdas namun bandel yang membenturkan batu tulis ke kepala teman sekelasnya serta calon guru yang rela melepaskan impiannya untuk orang yang paling ia sayangi.


Buat saya novel terbaik karya Lucy ini tidak hanya bercerita tentang kasih sayang dan pengorbanan. Namun lebih dari itu, saya merasa sangat terinspirasi pada perjuangan sang penulis yang berjuang dengan sangat gigih sebelum akhirnya mendapatkan penerbit yang bersedia menerbitkan karyanya. Selebihnya, perjuangan hidup Anne sanga tokoh utama dalam novel ini juga sangat inspiratif.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama