Apakah bisnis di bidang pariwisata masih seksi ?. Bukankah persaingan dalam industri tourism, apalagi bisnis tour and travel lokal sudah sangat mengerikan?!.

Begitulah kira-kira pertanyaan yang beberapa kali saya terima di email. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mudah-mudahan cerita saya berikut ini bisa sedikit membantu.



Rabu lalu (20/01/2016), saya bersama tim menghadiri pertemuan nasional 'Inter Island Indonesia Travel Group' (I3TG).

Beberapa tahun kebelakang pertemuan seperti ini selalu diadakan di Bali dan Jogjakarta. Nah, untuk kali ini diadakan di kota kembang, Bandung.

Bandung dipilih karena letaknya yang setrategis. Mudah dijangkau oleh para peserta yang berasal dari dalam maupun luar pulau Jawa.

Peserta yang hadir dalam pertemuan ini beragam. Mulai dari owner biro-biro perjalanan lokal, pelaku bisnis tour and travel, perwakilan travel Haji dan Umroh, hingga CEO water sport ternama di kawasan Bali.

Berhubung belum ada penerbangan langsung dari Pangkalpinang ke Bandung, saya sendiri terpakasa datang via Jakarta. Perjalanan kemudian dilanjutkan via darat menggunakan bus Primajasa menuju Bandung. Bus ini cukup nyaman dan terjangkau.

Rangkaian acara IT3G baru diselenggarakan ke-esokan harinya (21/Jan 2016) di hotel Serena Bandung. Namun demikian, sejak hari pertama tiba, diskusi-diskusi ringan sudah berjalan seru. Umumnya perkenalan dan cerita pengalaman antar sesama peserta.

Maklum sebagian peserta (termasuk saya) baru kali ini bertatap muka dengan peserta dari perwakilan provinsi lainnya. Padahal IT3G sudah berjalan sejak 5 tahun lalu. Dan, saya sendiri sudah bergabung sebagai anggota sejak 1 tahun silam. Namun diskusi selalu berlangsung dengan penuh kehangatan.

Salah satu cerita menarik yang saya ingat datang dari Pak Bagus (owner biro perjalanan di Bali). Beliau mengaku beragama Hindu. Namun begitu, iya sukses menjual produk paket wisata religi Umroh ke umat muslim.

Selain ramah-tamah, kami juga berdiskusi tentang berbagai hal seputar perkembangan terkini industri pariwisata Indonesia, tantangan di era MEA dan sebagainya.

Sangat beruntung rasanya bisa kopi darat dengan para pelaku bisnis di bidang tourism dari berbagai daerah di Indonesia. Apalagi kebanyakan peserta yang hadir merupakan pimpinan dari perusahan-perusahaan "pemain utama" di daerah mereka masing-masing.

Menariknya, dari perkenalan tersebut saya belajar banyak hal baru tentang industri yang saya tekuni. Saya semakin mantab bahwa masa depan industri pariwisata dan bisnis tour and travel khususnya masih sangat seksi.

Usaha travel agen, biro perjalanan lokal asih sangat menjanjikan hingga masa-masa mendatang. Asal mindset kita benar.

Ketatnya persaingan dalam industri pariwisata juga menjadi bukti bahwa pariwisata Indonesia masih akan terus berkembang.

Bisa dibayangkan, sebagaian peserta acara ini ternyata telah menggeluti bisnis mereka sejak era 80-an. Bahkan saya sendiri belum lahir ke dunia ini. Dan, hingga kini bukannya kendor, mereka bahkan semakin yakin bahwa bisnis dan perusahaan mereka bisa diwariskan pada anak-anak cucunya.

Hasil Meeting IT3G

Acara puncak dari pertemuan IT3G kali ini diselenggarakan di Meeting room Serena Hotel.

Pada hari itu pula diputuskan berbagai langkah setrategis untuk saling menguatkan satu sama lain.

Selain itu kami juga memutuskan bentuk organisasi dan pemilihan kepengurusan baru. Ketua diwakili oleh perwakilan Bandung, Wakil-nya dari Semarang, Sekretaris 1 dari Riau, sekretaris II dari babel. Sementara Bendara Umum dipercayakan pada perwakilan dari Bengkulu.

Para pengurus baru ini diberikan PR yang cukup banyak. Mencari anggota baru untuk mewakili beberapa provinsi yang masih kosong.

Konsultasi ke notaris untuk membuat badan hukum legal agar perhimpunan ini semakin solit dan memiliki power yang lebih mantab. Serta mengupayakan pembentukan group konsorsium.

Mohon maaf, uraian detail hasil kegiatan ini tidak bisa saya jeaskan dengan panjang lebar, karena memang tidak untuk konsumsi publik.

Namun begitu, IT3G masih menerima pendaftaran keanggotaan khususnya untuk beberapa pronvinsi yang masih belum terisi.

Nah, pada penghujung acara, sejumlah peserta diberikan kesempatan untuk mengenalkan produk mereka. Kemudian setelah acara, kami pun diajak city tour Bandung.

N/B, Penyebutan Nama/Brand bukan iklan lho. Untuk cerita tentang traveling di bandung setelah maupun sebelum acara resmi dimulai rencananya akan saya tulis pada kesempatan lain.

Meski wisata Bandung sudah populer, namun cerita traveling anak pulau dari kota kecil yang berkeliling ke Bandung bisa jadi akan berbeda dan bermanfaat.

Setidaknya bisa jadi  panduan bagi teman-teman dari luar pulau Jawa yang berencana berkunjung ke kota kembang.

1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama