Untuk apa MUDIK?!. Kakek yang sabar itu bertanya dengan sabarnya kepada mereka yang (moga-moga) sabar juga. Tadinya dia cuma bertanya di dalam rumahnya sendiri. Tapi...tiba-tiba eh, kok malah mampir kemuka saya.

Karena saya bingung, bertanyalah saya ke si Toyib. Dia sedang baring mengangkang di atas dipannya ketika saya datang. Kepalanya mendongak lurus. Matanya menyipit. “Ada apa, Bang Ngangan kemari?” suaranya melas-melas dan penuh curiga.

Dengan agak ragu, saya menjawab, “Begini, Yib....Abang cuma mau tanya.”

“Tanya apa, Bang?”

“tadi ada seorang kakek yang bertanya, untuk apa sebenarnya orang mudik? Dia sudah bertanya ke mana-mana, tapi kok kayaknya belum mendapatkan jawaban memuaskan. Terus dia tanya ke Abang. Karena Abang rada’ bingung, ya Abang ganti tanya kamu saja.”

“Hai....lah masalah kayak gitu aja kok pakai tanya-tanya Bang? Pertanyaan yang aneh.”

“Lha kok, aneh kenapa, Yib?”

“Ya aneh, Bang. Pertanyaan perlukah kita mudik itu kan sama dengan pertanyaan perlukah kita pulang kerumah? Bukankah secara simbolis kita menyebut mudik ini sebagai sebuah ‘kepulangan’ juga?”

“Tapi kan ya pasti ada bedanya. Kalau cuma itu, semua orang juga tahu”

“Intinya sih, sama saja, Bang. Mudik itu, adalah momen yang paling emosional dibanding dengan semua kepulangan.

Bisa berkumpul dengan semua anggota keluarga, bercanda ria, kangen-kangenan untuk melepaskan kerinduan, dan seterunya. Jadi rasanya wajar jika banyak orang yang berduyun-duyun untuk mudik. Meski butuh perjuangan, finansial, tenaga, dan pikiran ekstra.

Barangkali itulah, Bang”.

“Huh….., jawaban kamu barusan sama saja dengan tampangmu, Yib. Sama-sama membingungkan dan sama tidak jelasnya”

Mmm……., kalau menurut sodara, kenapa mudik menjadi tradisi yang sangat heboh di negeri kita?.

Foto ini saya pinjam dariWarung Bebas.com

9 Komentar

  1. mudik itu ada karena di rumah sendiri ndak ada kerjaan... !
    jadi semua ngungsi ke kota besar cari kerja...!
    coba kalo lap kerja merata..! pasti mudiknya ndak rame kayak sekarang..!

    BalasHapus
  2. Mudik keknya hanya di indonesia, ditempat lain mungkin disebut pulang lebaran ke kampung

    BalasHapus
  3. alhmdllah sob sy taun ni jg mudik, hehehe :D makasie ya sdh mampir kang...

    BalasHapus
  4. Ilustrasi diatas kembali mengingatkan saya pada kondisi sekitar 13 tahun yang lalu, dimana hanya peristiwa seperti inilah yang bisa menyatukan 2 perasaan yang kontradiksi yaitu antara senang dan sedih, senang krn mo berkumpul dengan keluarga besar n ketemu ma temen2 lama plus laen2, tp kesedihan jg sdh trs sejak sebelum keberangkatan krn sdh terbayang perjuangan yang hrs dihadapi selama perjalanan berdasarkan pengalaman2 masa lalunya...
    Alhamdulillah semua itu hanya tinggal kenangan... Selamat Tinggal MUDIK...

    BalasHapus
  5. @BUDI rAHARJO;SAYA SENDIRI SUDAH MULAI MALAS UNTUK BERDESAK-DESAKAN hanya untuk mudik. masih terlalu banyak hari dan waktu libur lainnya yang bisa kita manfaatkan untuk bersua dengan org-orang yang kita sayangi..

    terimkasih masukan n komentarnya...
    saya tersanjung atas kunjunganmu sob..

    BalasHapus
  6. Maaf out of topics, link saya salah bang di blogroll

    BalasHapus
  7. kan g puas rasanya kalo maaf-maafan ke ortu cuma pake henpon doang.. um..

    BalasHapus
  8. Tak bisa berkomentar. Blum pernah ngerasain yang namanya mudik. Cuma denger-denger cerita dari temen-temen ajah :D

    BalasHapus
  9. @ amanda;wah...kalo belum merasakan mudik mendingan jangan...

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama