Menebar harum merayu manja
menyentuh nadir anak birahi
Tekapar di ujung nafsu
Setelah Pramoedya, kisah cinta juga berbunga
pancang kiamat diselaput pagi
Baris-berbaris semut menjilat
tergilas tua langkah petaka
Sementara aku di sini
masih rindu riuh gemuruh
pinter nulis puisi mas.. :D
BalasHapusbtw, jadi pesen kaosnya ndak mas? cek di http://ddery.com/order-kaos-blogger-indonesia/
Puisi yang indah.. :)
BalasHapusdan jadilah tunas dari keduanya,, ketika ada tak sedikit yang tak suka,,,,jadilah seperti si burung merak itu terbang bebas tanpa batass,,atau jadilah seperti pramudya tetap berkarya walau melawan sang penguasa,,,,,,,,,,hoohohohoho
BalasHapuspuisinya menarik :)
BalasHapusWalaupun keduanya telah tiada, namun penerus-penerusnya kian menancapkan kuku dalam kesusasteraan Indonesia, termasuk bang Aan
BalasHapus"pun sebelum merak anggun mengepak sajak, binatang jalang telah lama luruh mengeluh di haribaan-Nya."
BalasHapushayo-hayo, adakah disini yang mau mengobati riuh gemuruh rindu bang Aan.?
:)
nampak berbunga.. ada bunga uang, bunga bank.. alhasil kini sajak2 didominasi sajak mata duitan :D
BalasHapuskalo rendra merak,,,, dan chairil anwar binatang jalang,,trus bangngangan apa yaa sebutannya,,,,xixiixixix
BalasHapus@Bang Radi;Tadinya saya pikir sampean juga rindu riuh gemuruh bang.
BalasHapus@Goyang Karawang; Iya Pak, sekarang memang sudah banyak sastrawan yang gila uang.Tapi memang wajar dan lumrah, maklum hidup tanpa uang rasanya MUSTAHIL.
@Warouh;sebutan untuk ku,"bukan sastrawan"