Ilustrasi investasi reksadana

"Nyicil hutang sudah biasa, nyicil investasi baru luar biasa"

Sudah hampir 2 bulan terakhir ini saya antusias dengan dunia finansial. Lebih giat belajar tentang duit. Hal ini muncul lantaran banyaknya nasehat yang saya baca tentang pentingnya mengelola fulus.

Salah satu yang sangat melekat adalah nasehat dari Robert Toru Kiyosaki ini ; "Yang penting bukan besarnya penghasilan kita peroleh, tapi berapa banyak yang kita investasikan untuk memperbesar aset produktif".

Ada juga petuah dari Warren Edward Buffett (investor kawakan dunia). Yang ini mungkin sudah tidak asing juga bagi anda; "Jangan pernah bergantung pada satu penghasilan, lakukan investasi sebagai sumber kedua".

Selain nasehat bijak dari guru-guru sekaligus investor hebat dunia itu plus berbagai nasehat bijak lainnya, saya juga terkejut dengan data-data hasil penitilitan OJK tentang literasi keuangan masyarakat Indonesia (termasuk saya nih). Bayangkan saja, 81 dari 100 orang di Indonesia ternyata tidak mengenal Dana Pensiun (data 2023 mungkin sudah berubah).

Bagaimana dengan yang lainnya ?

Sektor perbankan misalnya, ternyata tingkat pemahaman dan keyakinan masyarakat akan perbankan hanya 22%. Sementara, tingkat utilitas dan pemanfaatannya baru 57%.

Nah, ada lagi yang paling parah.

Sektor pasar modal. Tingkat literasi masyarakat terhdap sektor ini ternyata hanya 4% dan  tingkat utilitas-nya hanya mentok di 0,1%.

Karena merasa menjadi bagian dari kenyataan dodol tersebut, saya pun berbenah. Saya mulai tertarik membaca berbagai tips dan saran dari berbagai konsultan / perencana keuangan.
 
Saya follow akun sosmed mereka. Saya ubek-ubek isi blog-nya. Beberapa diantaranya adalah Aidil Akbar, Ligwina Hananto, Safir Senduk, Prita Hapsari Ghozie dll.

Ketertarikan ini pada akhirnya membuat saya mulai akrab dengan beberapa blog dan media keuangan seperti, infovesta, bareksa, blogreksadana, kontan, detik finance, blomberg, ipotfound, howmoneyindonesia.com dan lain-lain.

Eh, tidak ketinggalan saya juga sampai membeli buku tentang Reksadana. Salah satunya buku 'Sukses Financial Dengan Reksadana' karya Pak Rudiyanto.

Nah berbekal pengetahuan otodidak dari hasil baca-baca, tanya-tanya mbak google selama 2 bulan terakhir ini, saya naksir berat jatuh hati dengan salah satu instrumen investasi. Investasi Reksadana namanya.

Anda tentu sudah tahu banyak dengan barang yang satu ini. Saya yakin anda juga sudah memiliki portofio investasi yang cukup terjangkau ini.

Ada banyak alasan yang membuat saya kepincut untuk investasi di reksadana. Salah satu alasan-nya, karena saya tidak butuh dana yang besar untuk mulai investasi pada produk reksa dana.

Selain itu, investasi reksadana yang saya lakukan memaksa saya untuk lebih disiplin secara finansial.

Bagaimana tidak, sekarang saya harus memaksa diri sendiri untuk rutin menyiapkan dana bulanan guna mencicil investasi reksadana yang telah saya pilih. (Nyicil investasi bedaaa banget lho sama nyicil hutang).

Bagaimana Memulai Investasi Reksadana ?

Berhubung saya tinggal dikota kecil, ternyata tidak ada kantor perwakilan dari Manager Investasi Reksadana yang bisa saya datangi langsung. Jadi saya pun membeli reksadana secara online.

Alhamdulillah. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Ini menjadi pengalaman pribadi investasi reksadana.

Apa Tantangan Investasi Reksa Dana ?

Untuk investasi pada instrumen reksadana saya mendapatkan cibiran, ditakut-takuti, diwanti-wanti juga diremehkan. Semua datang dari orang-orang terdekat.

Tapi saya bisa maklum, karena di negeri ini memang masih marak sekali tawaran investasi bodong. hehe

Selain itu tantangan lainnya adalah menahan diri dari godaan untuk mengikuti gaya hidup "normal".

Kita harus bersabar disaat teman-teman lain mencicil mobil keluaran terbaru dan membeli barang-barang bergengsi sementara itu kita malah berhemat untuk mencicil reksadana yang wujud nyatanya hanya berupa surat kepemilikin.

Nah, Sekarang tinggal evaluasi secara berkala, sambil rutin terus nyicil dan terus top up investasi reksa dana-nya.

Sekarang nyicil investasi reksadana juga sangat mudah, karena bisa dilakukan dengan outodebet. Semua bisa saya lakukan dari genggaman. Tidak perlu antri dan tak pakai repot.

Nah, itulah pengalaman pertama berkenalan dengan reksadana. Anda mungkin punya pengalaman sendiri, silahkan bagikan dikolom komentar blog ini.

PS : Sehat keuangan dulu, investasi reksadana kemudian (Ridyanto).

Mohon maaf bila bahasa yang digunakan dalam artikel ini masih amburadul, namanya juga baru belajar keuangan.

Sanggahan : Artikel ini pertama kali diterbitkan penulis pada september 2015 silam. Saat ini penulis sudah tidak memiliki portofolio apapun pada instrumen Reksadana.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama