Sungguh beruntung mereka yang menjalankan bisnis selaras dengan passion-nya. Bagi Anda yang suka banget traveling, atau setidaknya punya minat besar dibidang pariwisata, ada peluang bisnis menggiurkan untuk Anda.

Cobalah untuk terjun kedalam usaha tour travel. Atau jika ingin lebih mudah, Anda bisa memulai bisnis tour organizer.

Apa bedanya bisnis travel dan tour organizer ?

Secara sederhana perbedaannya adalah bisnis tour organizer biasanya tidak melayani jasa tiket perjalanan. Menurut pengalaman penulis, saat membuka bisnis tour organizer, tugas kita cukup mudah.

Kita hanya perlu melayani dan mengantarkan wisatawan untuk berkeliling menikmati liburan ditempat yang di tentukan.

Anda bisa meniru (baca A.T.M) pengalaman bisnis Ibu Suluh Pratita Sari (41), yang sempat dimuat Kompas Famale. Berikut kisah bisnis tour organizer yang digelutinya.

Tita ini mengawali bisnisnya dari hobinya jalan-jalan. Setelah itu, ia pun menuangkan cerita perjalanannya itu ke tiga buah buku: Tales From the Roads, Eurotrip, dan UK Trip. Sebagai lulusan Antropologi UGM, ia memang menyukai hal-hal yang berbau budaya, arsitektur, dan sejarah.

Oleh karena itu ia memilih benua Eropa sebagai tujuan utama. Siapa sangka, banyak teman-temannya yang menyukai cerita perjalanan Tita.

Akhirnya, pada Februari 2012 ia diminta kembali membuat perjalanan wisata ke Eropa. Bedanya, kali ini para pembaca bukunya dan teman-temannya ikut serta. Ia sempat tak percaya diri bisa berhasil membawa beberapa orang dalam wisata itu.

“Pasalnya, saya termasuk orang yang selama ini wisata sendirian. Ketika membawa banyak orang, saya sempat tidak yakin,” jelasnya.

Untuk perjalanan wisata pertama kali bersama teman-temannya itu, Tita mengumumkannya melalui Facebook. Melalui jejaring sosial ia mengajak teman-temannya yang mau ikut berwisata bersama dirinya.

Wisata yang ditawarkan persis dengan cerita perjalanan yang terdapat dalam buku Eurotrip. Tak disangka, Tita mendapatkan respons positif dari pembaca. Selama seminggu, sudah ada 10 orang yang mendaftar. “Dan satu bulan total 30 orang turut serta,” akunya.

Berhubung sebagian yang mendaftar adalah karyawan yang cuti tahunannya sudah habis, maka  wisata ke Eropa selama 10 hari yang diadakan bulan April- Mei lalu tersebut hanya diikuti oleh 20 orang.  Sedangkan 10 orang lainnya berangkat di tahun 2013.

Selain Eropa, Tita juga membuat tur ke beberapa Negara Asia. Bulan Juni lalu ia berangkat ke Singapura. Lalu pada bulan September ini ia menjadwalkan ke Thailand dan Kamboja.

Oktober ke Belanda, Perancis, Swiss, Austria, Budapest, dan Ceko. Sedangkan untuk bulan November 2012 ia menjadwalkan ke Nepal.

Semenjak ia merintis bisnis jalan-jalan ini, banyak orang yang meminta agar Tita membuatkan paket untuk para pasangan dan keluarga.

Namun, Tita menjelaskan, konsep yang ditawarkannya adalah tour organizer, bukan tour and travel karena tidak mengurusi tiket perjalanan. Selain membantu memandu pengurusan visa di kedutaan, Tita juga mengurus segala akomodasi dan transportasi antar negara.

“Selebihnya, di negara tujuan, saya hanya berfungsi untuk memberi informasi tentang tempat-tempat potensial yang bisa dikunjungi di tempat tersebut. Yang menentukan pilihan untuk kemana mereka akan pergi adalah peserta sendiri,” ceritanya.

Untuk tujuan wisata ke negara-negara Eropa, Tita mematok harga sekitar Rp 20 jutaan. Nilai itu sudah termasuk tiket sekitar Rp 10 juta, dan biaya hidup di sana selama 10 hari plus hotel sekitar Rp 10 juta. Berhubung biaya yang tinggi itu pula, Tita membuat peraturan.

Tour ke Eropa minimal harus ada 10 peserta, dan maksimal 20 peserta. Menurut Tita, bila terlalu banyak orang tidak akan enak karena tidak bisa saling kenal lebih dekat.

Menurut Tita, ada dua keuntungan yang ia dapat dengan menjadi tour organizer.

Pertama, keuntungan bisa jalan-jalan ke luar negeri secara gratis. Karena, biaya itu sudah dibebankan kepada peserta.

Kedua, tentu saja keuntungan finansial. “Saya mendapatkan 10 sampai 20 persen dari nilai perjalanan,” jelasnya.

Cara mempersiapkan bisnis tour organizer 'bisnis jalan-jalan' ala Matatita

Tentukan kota dan negara yang akan dikunjungi, lalu tentukan pula tempat-tempat mana saja yang akan didatangi di kota tersebut.

Setelah itu hitung estimasi biayanya. Hitung sampai hal-hal kecil, misalnya biaya masuk museum, biaya masuk tempat wisata, dan lain-lain. Bila Anda kesulitan memperkirakan estimasi biaya, Anda bisa mengambil rute wisata yang pernah Anda datangi.

Contohnya, Anda pernah ke Yogyakarta. Di sana Anda mendatangi Keraton, Malioboro, dan Taman Sari. Hitunglah, berapa pengeluaran ke lokasi-lokasi wisata tersebut. Buat perinciannya.

Setelah selesai, posting-lah agenda perjalanan tersebut di Facebook, blog, atau Twitter.

Setelah peserta terkumpul, buatlah grup di Facebook atau BlackBerry Messenger agar para peserta saling kenal.

Pesanlah penginapan via online di kota yang akan Anda tuju.

Nah, jika Ibu Tika menjalankan bisnis tour organizer untuk target market wisatawan yang ingin jalan-jalan ke luar negeri, bukankah Anda bisa menawarkan destinasi wisata lain di dalam negeri.

Coba tawarlan daya tarik wisata ditempat (kota / kabupaten / provinsi) Anda sendiri misalnya. Anda tentu sangat mengenal berbagai daya tarik wisata di kota atau daerah Anda bukan?!.

Tambahan dari saya ; untuk meningkatkan promosi pada bisnis ini, buatlah website professional dan lakukan optimasi pada website tersebut (Baca: SEO/SMO). Anggaplah ini sebagai investasi awal.

Namanya juga bisnis, harus berani keluar modal dong. Toh, saat ini jasa pembuatan website tour travel sudah bertebaran di internet. Anda bisa memilih salah satu penyedia jasa tersebut sesuai dengan budged yang ada.

Tertarik untuk menjajal bisnis tour organizer seperti Suluh Pratita Sari ?.

1 Komentar

  1. Untuk tour organizer ini sama atau beda masalah perizinan nya dengan ijin usaha tour n travel?

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama